TIMES SINGARAJA, JAKARTA – Di musim Ramadan, kota Bogor terkenal dengan ragam kuliner yang menggugah selera. Namun, di antara semua hidangan istimewa, Mi Glosor menonjol sebagai pilihan takjil yang tak boleh dilewatkan. Bagaimana rasanya bisa menjadi bagian dari pengalaman kuliner yang memikat ini?

Bayangkan perpaduan unik rasa pedas dari cabai rawit, gurih dari kaldu sapi, dan kesegaran daun bawang yang menyatu dalam satu mangkuk Mi Glosor. Setiap suapan membawa sensasi yang menggoda, mengirimkan rasa kelezatan yang sulit untuk dilupakan.

Mi Glosor tidak sekadar hidangan, tapi juga cermin dari sejarah panjang Bogor. Sudah sejak tahun 1970-an, hidangan ini telah menghiasi daftar favorit warga Bogor, dirintis oleh seorang pedagang bernama H. Mahmud. Setiap suapan mengandung jejak-jejak kisah masa lalu yang mengharukan.

Di bulan Ramadan, Mi Glosor menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat Bogor. Menyantap hidangan ini bersama keluarga dan kerabat bukan hanya soal memuaskan selera, tapi juga membangun ikatan yang kuat di antara sesama. Suasana penuh kehangatan dan kebersamaan semakin memperkaya rasa hidangan yang disajikan.

Bagi para pencinta kuliner, mencari Mi Glosor adalah sebuah petualangan tersendiri. Berjalan-jalan di sekitar Jalan Suryakencana dan Jalan Merdeka, melihat gerobak kaki lima berwarna merah khas Bogor, adalah bagian dari perjalanan yang tak terlupakan. Dan ketika akhirnya menemukan Mi Glosor yang diidamkan, setiap detik perjalanan terbayar dengan kelezatan yang ditemukan.

Bagi yang ingin merasakan kelezatan Mi Glosor di rumah, tak perlu khawatir. Resep sederhana dapat mengantarkan Anda pada sensasi yang sama. Dengan bahan-bahan yang mudah didapat dan langkah-langkah yang jelas, Anda dapat menciptakan kelezatan ini di dapur Anda sendiri. Sebuah petualangan baru dalam menghadirkan cita rasa khas Bogor di rumah Anda.

Mi Glosor adalah lebih dari sekadar hidangan takjil Ramadan. Ia adalah cerita yang memikat, jejak sejarah yang berkilau, dan tradisi yang mempersatukan. Menyantap Mi Glosor bukan hanya soal memuaskan rasa lapar, tapi juga tentang merayakan keberagaman cita rasa Indonesia yang tak ternilai. (*)