https://singaraja.times.co.id/
Gaya Hidup

Berhenti Jadi Sok Tahu, Inilah Alasan Psikologis di Balik Ilusi Kompetensi Kita

Kamis, 18 Desember 2025 - 10:57
Berhenti Jadi Sok Tahu, Inilah Alasan Psikologis di Balik Ilusi Kompetensi Kita Ilustrasi - di mana orang berada dalam keadaan sok tahu atau Efek Dunning-Kruger. (FOTO: AI TIMES Indonesia)

TIMES SINGARAJA, JAKARTA – Perdebatan mengenai kebijakan publik, dinamika politik, hingga polemik di media sosial memperlihatkan satu pola yang sama. Banyak orang berbicara dengan penuh keyakinan tentang isu yang sebenarnya tidak mereka pahami secara mendalam.

Fenomena ini bukan sekadar dinamika komunikasi modern, tetapi mencerminkan sebuah bias psikologis yang telah lama dikaji para ahli, yaitu Efek Dunning–Kruger.

Efek Dunning–Kruger pertama kali diperkenalkan oleh dua psikolog sosial, David Dunning dan Justin Kruger, melalui penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology pada 1999.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu dengan kemampuan rendah dalam suatu bidang cenderung menilai dirinya lebih kompeten daripada kenyataannya. Hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan yang membuat seseorang tidak mampu menilai kualitas dirinya secara akurat.

Secara sederhana, efek ini muncul ketika seseorang tidak menyadari bahwa ia tidak tahu, ketidaktahuan tersebut menciptakan ilusi kompetensi. Orang yang baru memahami sedikit informasi merasa sudah menguasai keseluruhan topik.

Sebaliknya, individu yang benar‑benar ahli acap kali lebih rendah hati karena mereka memahami betapa luasnya pengetahuan yang belum mereka kuasai. Temuan ini konsisten dengan penelitian lanjutan dalam bidang metakognisi, yang menunjukkan bahwa kemampuan menilai diri sendiri meningkat seiring bertambahnya pengetahuan.

Fenomena ini dapat ditemukan dalam berbagai situasi. Dalam dunia pendidikan misalnya, siswa yang kurang memahami materi sering merasa ujiannya mudah dan yakin jawabannya benar, padahal hasilnya rendah.

Dalam dunia kerja, karyawan yang baru memegang tugas tertentu bisa merasa paling tahu dan mengabaikan masukan rekan yang lebih berpengalaman.

Di ruang publik, efek ini tampak ketika seseorang berbicara dengan keyakinan tinggi mengenai isu kompleks, seperti kesehatan, ekonomi, atau teknologi, berdasarkan informasi permukaan atau potongan data yang tidak lengkap.

Dampak Efek Dunning–Kruger Tak Bisa Dianggap Sepele

Dalam organisasi, bias ini dapat memicu pengambilan keputusan yang keliru karena orang yang kurang kompeten justru paling vokal. Dalam masyarakat, fenomena ini dapat memperkuat penyebaran misinformasi, terutama ketika seseorang merasa paling benar tanpa memeriksa data atau sumber kredibel.

Di era media sosial, efek ini semakin terlihat ketika opini yang tidak berdasar dibagikan dengan penuh keyakinan dan mendapatkan perhatian luas.

Penelitian menunjukkan bahwa cara terbaik mengurangi efek ini adalah melalui pendidikan berkelanjutan, pelatihan yang tepat, dan evaluasi diri yang jujur.

Semakin seseorang belajar, semakin ia memahami batas pengetahuannya. Kesadaran inilah yang menjadi kunci untuk menghindari rasa percaya diri berlebihan dan membuka ruang bagi peningkatan kompetensi yang lebih sehat.

Efek Dunning–Kruger mengingatkan bahwa kerendahan hati intelektual adalah bagian penting dari proses belajar. Mengakui bahwa kita tidak selalu benar bukanlah kelemahan, melainkan langkah awal untuk memahami lebih banyak dan membuat keputusan yang lebih bijak. (*)

Pewarta : Hermanto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Singaraja just now

Welcome to TIMES Singaraja

TIMES Singaraja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.